SIKLUS ESTRUS PADA SAPI
Siklus estrus adalah siklus kesiapan untuk menerima seks pada Organisme perrempuan. Siklus estrus dapat digunakan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan IB.
Siklus estrus pada tikus dapat dibedakan menjadi 4 stadium yang dapat diterminasi dengan cara analisis preparat apus vagina. Beberapa fase yang dapat dibedakan pada siklus estrus adalah : Proestrus, Estrus, Metestrus dan Diestrus.
Sapi Holstein memperlihatkan birahi pertama pada umur rata-rata 37 minggu apabila tingkat nutrisi baik, dan 49 minggu bila nutrisinya sedang, serta 72 minggu bila tingkat nutrisi rendah. Panjang siklus estrus rata-rata 20 hari, dan 21 sampai 22 hari untuk sapi dewasa. Periode estrus pada sapi dapat dinyatakan saat dimana sapi betina siap sedia dinaiki baik oleh betina lain atau pejantan. Periode ini rata-ratanya adalah 18 jam untuk sapi perah ataupun sapi pedaging dan sedikit lebih pendek untuk sapi heifer sekitar 12-24 jam. Ovulasi normal terjadi kira-kira 10-15 jam setelah birahi.
Saat perkawinan. Konsepsi masih dapat terjadi pada sapi yang dikawinkan mulai dari 34 jam sebelum ovulasi sampai menjelang 14 jam menjelang ovulasi. Disarankan bahwa spermatozoa harus hadir sekurangnya 6 jam di dalam uteruys sebelum mampu membuahi sebuah ovum. Perdarahan dari vulva sering terjadi pada heifer dan dewasa, satu sampai tiga hari setelah berakhirnya estrus.
Saat perkawinan. Konsepsi masih dapat terjadi pada sapi yang dikawinkan mulai dari 34 jam sebelum ovulasi sampai menjelang 14 jam menjelang ovulasi. Disarankan bahwa spermatozoa harus hadir sekurangnya 6 jam di dalam uteruys sebelum mampu membuahi sebuah ovum. Perdarahan dari vulva sering terjadi pada heifer dan dewasa, satu sampai tiga hari setelah berakhirnya estrus.
Sapi Bali betina rata-rata mencapai dewasa kelamin pada umur 18 bulan, dengan siklus estrus rata-rata 18 hari. Sedang pada usia muda berkisar antara 20-21 hari dan 16-23 hari pada sapi bali betina dewasa. Lama masa birahi sangat panjang, yaitu sekitar 16-23 jam dengan masa subur 18-27 jam (Pane, 1977 dalam Murtidjo, 1990). Lama keuntungan sapi bali berkisar 280 – 294 hari, sedang prosentase kebuntingan sebesar 86,56 persen. Tingkat kematian pada saat melahirkan tergolong kecil, yaitu berkisar 3,65 persen. Selain itu persentase kelahiran dari jumlah sapi Bali yang dikawinkan mencapai 83,4 persen.
Pada dasarnya tidak banyak jauh berbeda siklus estrus antara sapi eropa dengan sapi lokal indonesia,yang berbeda hanya proses pertumbuhannya yaitu pertambahan berat badan dengan Berat badan sapi janatan dewasa bisa mencapai 1–1,2 ton, dengan tingkat pertumbuhan yang sangat cepat, yaitu rata-rata pertambahan berat badan per hari dapat mencapai 1 -1,2 Kg/ekor/hari. panjang siklus estrus sekitar 21 hari
Pada pemeriksaan perektal, sapi-sapi yang proestrus terlihat menciri dengan tonus uteri meningkat, tegang, dan teraba melingkar. Servik mengalami relaksasi gradual dan makin banyak mucus yang tebal. Vulva membengkak, keluar leleran jernih transparan. Ovarium pada fase ini akan teraba corpus albikan yang berasal dari korpus luteum yang mengalami atropi, mengecil dan diganti oleh masa yang menyerupai tenunan pengikat. Corpus albikan ini teraba sangat keras dan kecil. Pada fase ini juga akan teraba folikel de graaf yang tumbuh cepat oleh pengaruh FSH, mulai matang dan akan mencapai puncaknya pada fase estrus dan akhirnya folikel tersebut akan mengovulasikan sebuah ovum pada waktu 10-15 jam sesudah akhir estrus
Sapi yang birahi (fase estrus) ditandai dengan adanya kemerahan, kebengkakan dan alat kelamin luar yang hangat, adanya lendir yang kental dan bersih yang menggantung keluar dari alat kelamin dan diikuti dengan tingkah laku homoseksual, suara bengah-bengah pada sapi tersebut. Jika dipalpasi perektal maka uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan permukaan tidak rata, cervik relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel de graaf yang membesar dan sudah matang.
Menjelang pertengahan sampai akhir metestrus, uterus menjadi agak lunak karena pengendoran otot uterus. Kontraksi uterus intermitten. Folikel sudah mengalami ovulasi. Ovarium akan teraba cekung karena folikel mengalami ovulasi dan terbentuk korpus luteum baru dengan konsitensi menyerupai jantung. Tiga ekor sapi dalam fase metestrus awal, dimana korpus luteum belum terbentuk dan pada ovarium akan teraba ada cekungan bekas ovum yang sudah diovulasikan dari folikel yang sudah matang. Pada fase ini sekresi mukus vagina berkurang dan epithel karunkula uterus hiperemis.
Pada fase ini ovarium didominasi oleh korpus luteum yang teraba dengan bentuk permukaan yang tidak rata, menonjol keluar serta konsistensinya agak keras dari korpus luteum pada fase metestrus. Korpus luteum ini tetap sampai hari ke 17 atau 18 dari siklus estrus. Uterus pada fase ini dalam keadaan relak dan servik dalam kondisi mengalami kontriksi. Fase diestrus biasanya diikuti pertumbuhan folikel pertama tapi akhirnya mengalami atresia sedangkan pertumbuhan folikel kedua nantinya akan mengalami ovulasi.
Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus.Ovari merupakan organ reproduki yang penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah kanan dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam suatu membran seperti kantungn ovarian bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-telur mulai matang di ovari dalam suatu cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon pituitary, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang mana dibatasi oleh folikel dan dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk merespon jumlah hormone pituitary hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai maksimum pada saat fase standing heat. Diikuti dengan meningginya LH pada telur yang dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang terjadi.
Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Di ujung terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus, posisi infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam oviduct. Oleh karena itu, di dalam oviduct, sel telur berjalan ke arah uterus (Shearer, 2008).
Uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang terhuung pada oviduct. Jalan dai kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin.
Dari ke-4 tahap tadi dapat diambil kesimpulan bahwa tanda-tanda sapi yang birahi ialah
ü Menaiki kawannya dan diam bila dinaiki oleh sapi lain
ü Nampak gelisah mengeluarkan suara dan melenguh serta nafsu makan berkurang
ü Sering kencing dan mengeluarkan lender dari vulva
ü Alat kelamin kelihatan bengkak dan jika diraba terasa panas
v DEWASA KELAMIN DAN DEWASA TUBUH
Dewasa kelamin yaitu saat dimana alat reproduksi seekor ternak sapi mulai berfungsi dan menghasilkan sel-sel kelamin, sedangkan dewasa tubuh adalah dimana pertumbuhan otot-otot tubuh dari ternak tersebut berkembang dengan baik dan sempurna.
Maka pada saat mengawinkan ternak sapi yang baik untuk pertama kalinya adalah pada waktu ternak sapi tersebut sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh yaitu pada umur 15 sampai dengan 18 bulan. Seekor ternak sapi baik yang dara ataupun yang induk disaat menjelang birahi.
v MASA BIRAHI
Masa birahi adalah saat yang tepat untuk mengawinkan seekor ternak sapi betina. Jarak antara birahi dengan birahi berikutnya dari seekor ternak sapi betina adalah 18-24 hari (rata-rata 21 hari). Sedangakan lamanya birahi berlangsung adalah 1-36 jam dan rata-rata 18 jam.
v SAAT MENGAWINKAN
Mengawinkan seekor ternak sapi akan berhasil jika dilakukan pada saat birahinya memuncak yaitu pada saat diujung ovulasi dimana saat tersebut sel telur dilepaskan dari folikel. Ovulasi terjadi sekitar 24-30 jam sejak awal birahi & 6-12 jam sesudah birahi berakhir. Saat mengawinkan yang tepat adalah 9 jam sesudah birahi dan 6 jam sesudah birahi berakhir.
v LAMA KEBUNTINGAN
Lamanya seekor sapi bunting yaitu 275 – 285 hari dan rata-rata 280 hari.
Seekor sapi dinyatakan bunting jika sapi tersebut tidak memperlihatkan tanda-tanda birahi lagi pada 21 hari berikutnya sesudah dikawinkan.
Tanda-tanda sapi bunting :
ü Temperamennya tenang dan tidak minta kawin lagi pada saat birahi berikutnya.
ü Pada umur kebuntingan 5 bulan memperlihatkan tanda-tanda ambing dan perutnya membesar
ü Pada keadaan bunting tua ditandai dengan adanya gerakkan dari anak didalam perut
v MENGAWINKAN KEMBALI SETELAH MELAHIRKAN
Sapi yang baru melahirkan akan memperlihatkan tanda-tanda birahi kembali setelah anak sapi tersebut beumur 5 sampai 6 minggu. Pada saat ini perkawinan sebaiknya ditunda dulu karena jaringan alat-alat reproduksinya belum kembali normal. Sapi dapat dikawinkan kembali sebaiknya setelah 60 hari sampai 90 hari setelah melahirkan yatitu pada saat birahi kedua atau birahi ketiga.
1. Proses ovulasi
Ovulasi merupakan proses dimana dilepasnya sel telur (gamet betina) ke tuba fallopi karena meluruhnya folikel graafian. Prosesnya dimuali ketika terjsdi rangsangan pada Hipotalamus mengsekresikan GnRH yang kemudian GnRH ini merangsang hipopfisa anterior mengsekresikan FSH dan LH. Dimana FH ini akan merangsang pertumbuhan folikel dan menghasilkan hormon estrogen yang menimbulkn birahi. Jika estrogen meningkat maka akan memberi umpan balik positif kepada Hipotalamus (FSH dan LH) dalam pematangan folikel Jika folikel tumbuh akan menghasilkan inhibin terhadap hifofisa anterior, folikelpun pecah dan terbentukalah korpus luteum yang akan menghasilkan progesterone . Jika progesterone meningkat akan member umpan balik negatf terhadap hipotalamus yang menghambat FSH dan LH untuk tidak terbentuknya folikel. Pada keadaan tersebut hewan betina sedang bunting dengan melihat hormon progesterone yang tinggi (menjaga kebuntingan). Jika tidak terjadi pembuahan uterus akan mernghasilkan prostatglandin yang melisiskan CL sehingga terbentuk progesterone yang mengakibatkan Hipofisa anterior mengsekresikan hormon FSH dan LH sehinnga terjadi birahi kembali.
2. Perbedaan Folikel Antrum, Preantrum, dan Preovulasi
a. Folikel Preantrum, merupakantransportasi dari folikel primordial, ditandai dengan lapisan multiseluler sekeliling vitellus dan terbentuknya membran (zona pellucid) antara oogonium dan sel-sel folikuler dimana ronnga yang masih terbentuk masih kecil dibandingkan antrum. Jumlah folikel preantrum antara 2000 folikel dengan diameter 0,28-8 mm.
b. Folikel Antrum, dibatasi oleh banyak lapisan sel folikular yang dikenal dengan membran granulose sehingga folikel tampak besar dan lebih jauh dari cortex ovarium dan diisi oleh suatu cairan jernih (liquor foliculi) yang kaya akan protein dan estrogen. Jumlah folikel 100-400 folikel dengan ukuran diameter 0,29 mm.
c. Folikel preovulasi, merupakan struktur terbesar yang berisi cairan yng membengkk keluar permukaan ovary, jumlah folikel ini1-4 folikel dengan diameter 10 mm, folikel terus berkembang dengan cepat sehingga sel granulose kolumnar melebar kea rah luar membentuk corona radiata
3. Pengaruh hipopisektomi terhadap perkembangan folikel
Hipopisektomi merupakan mempenhgaruhi pertumbuhan, pada masa fase estrus banyak folikel yang tumbuh, Hipopisektomi akan mempengaruhi kematangan dari folikel tesebut, folikel akan berkembng lebih lambat. Dengan demikian proses ovulasi akan berjalan lambat dan akhirnya mmpengaruhi pembuahan